Elegi Perpisahan
Untuk
pertama kalinya…
aku merasa sinting akan resahnya perpisahan
ini.
Katakan, apa aku terlalu berlebihan dalam hal ini..??
Katakan, apa aku terlalu berlebihan dalam hal ini..??
Entahlah
Perasaan ini hanya bisa terwakilkan oleh air mata
yang mulai merebak begitu mengingat senyum simpulmu
Perasaan ini hanya bisa terwakilkan oleh air mata
yang mulai merebak begitu mengingat senyum simpulmu
Siapa
yang mampu menolak saat detik perpisahan menyapa?
Hari ini aku kabarkan
Bahwa aku tidak sedang bermimpi
Bahwa aku tidak sedang bermimpi
Aku
tengah menghadapi kenyataan pahitnya perpisahan
Mencoba
mengenang awal perjumpaan kita yang rasanya seolah baru kemaren
Rasa
penyesalan yang tak bertepi akan sebuah keegoisan
dan harapan
yang tak sampai untuk terus bersama meniti asa, cita
semua, berkecamuk diantara nestapa yang bergumul.
Mengintip ranjangmu yang kosong membuatku sesak.
semua, berkecamuk diantara nestapa yang bergumul.
Mengintip ranjangmu yang kosong membuatku sesak.
Mengeja
aksara yang kau goreskan pada secarik kertas ini membuatku semakin sesak.
Apa
yang bisa kulakukan kali ini?
Bisakah
kuputar waktu meskipun kutahu itu mustahil?
Bisakah
kumemintamu agar berlama-lama disini?
Pertanyaan-pertanyaan
yang absurd, bukan?
Mulai esok
“kita kan menempuh jalan hidup masing-masing”
Ya, kali
ini kalimat itu terasa jelas.
Kalimat itu bukan lagi sebuah lelucon
yang sering kali kita ucap kala merajuk.
Oh, begitukah rupanya??
Kalimat itu bukan lagi sebuah lelucon
yang sering kali kita ucap kala merajuk.
Oh, begitukah rupanya??
nyatannya, cepat
atau lambat kita kan menghadapinya
“kata perpisahan yang tak asing"
“kata perpisahan yang tak asing"
Tentang tawa-tawa yang dihujani air mata
dimalam yang berlabuh
Kuharap itu adalah kenangan terakhir
yang akan tersimpan dalam sanubari paling dalam.
Kuharap itu adalah kenangan terakhir
yang akan tersimpan dalam sanubari paling dalam.
Malang,
22 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar