Realis
ataukah Sang Pemimpi?
“Ada dua
jenis manusia didunia ini, orang yang realis dan pemimpi. Mereka yang realis
tahu kemana akan pergi, mereka yang pemimpi telah sampai disana”.
( Robert T. Orben)
Hidup ini penuh kejutan, bukan? Apa yang
terjadi esok adalah misteri dan kita hanya boleh berusaha dan berharap yang
terbaik. Memang, tak ada jaminan untuk terus bahagia, terkadang hidup memberi kita kebahagiaan yang tak bertepi namun hidup juga bisa menghempas pada kepahitan yang tak
berkesudahan.
Ada juga yang mengatakan hidup ini seperti resleting,
terkadang “up” terkadang “down”, sekarang bahagia besok susah, sekarang tertawa
besok berduka, begitulah hidup terus berputar. Namun tak penting hidup ini
seperti apa, yang terpenting adalah bagaimana cara kita menjalaninya. Menjalani
kehidupan ini penuh dengan kesungguhan, bermanfaat bagi orang lain atau hanya
sekedar melewati setiap menitnya penuh dengan kesia-siaan?
Jika mau menelaah lebih jauh lagi akan makna
yang tersirat dari pernyataan tokoh Robert T. Orben seperti yang telah
disinggung diatas, bahwasannya ada dua karakteristik manusia di dunia ini, yakni
seorang yang realis dan pemimpi, barulah kita menyadari bahwa mimpi ternyata
mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sebagaimana yang kita ketahui sejauh
ini, tentu akan sangat berbeda antara orang-orang yang punya tujuan dan tidak
dalam hidupnya. Mereka yang memiliki tujuan tahu kemana mereka akan pergi,
sedangkan yang tak memiliki tujuan tak tahu kemana mereka akan pergi. Begitu juga
bagi mereka, bagi orang-orang yang mempunyai mimpi dan tidak. Orang-orang yang
punya mimpi besar, mereka akan berfikir besar, optimis menjalani kehidupan,
banyak berusaha dan berdoa. Mereka slalu
menyusun strategi baru untuk menggapai mimpi-mimpinya dan mereka memiliki
kemauan yang kuat, sedangkan mereka yang tak mempunyai mimpi, akan lebih banyak
berkeluh kesah daripada berusaha, mereka slalu berpikir pesimis, hidupnya
selalu di rundung rasa takut dan pasrah terhadap keadaan.
Yang perlu kita ketahui…“ semua orang punya
peluang yang sama untuk sukses”.
Allah maha adil. Ia tidak akan mengubah nasib
suatu kaum jika kaum itu tak mau mengubah nasibnya sendiri, begitulah firman
Allah dalam kitab suci-Nya. Jadi bagaimana mungkin kita mengharapkan kesuksesan
jika kita sendiri tak berusaha meraihnya? Tak mau mencoba sebelum akhirnya pasrah kepada-Nya? Tak mau
berusaha sebelum akhirnya mengaku kalah?
Ingat!!! “semua orang punya peluang yang sama untuk
sukses”.
Hanya saja sebagian dari mereka tak tahu
bagaimana cara meraihnya. Jika saat ini
kita berpikir bisa maka kita bisa, begitu juga sebaliknya. Jika saat ini kita
hanya berpikir tentang masa lalu tanpa sadar jika ada masa depan yang masih
menjadi sebuah misteri, tak berusaha melakukan yang terbaik untuk menjemputnya,
berarti kita tinggal menghitung hari kapan saatnya kehidupan ini akan menggilas
kita bagai karang yang terhempas dibuih lautan. Kehidupan akan siap menghempas
kita jauh-jauh. Yang perlu kita yakini apapun yang terjadi hari ini adalah
ketetapan-Nya. Tidak ada yang hoki didunia ini. Tidak ada yang terjadi secara
kebetulan didunia ini, bahkan daun yang luruh adalah menghamba kepada-Nya,
semua telah tertulis dalam lauh mahfudz. Jadi tak perlu terus menyesali harapan
yang tak pernah sampai. Apapun yang telah berlalu semoga kita bisa mengambil ibrah
(hikmah) atasnya. Jangan pernah lelah mencoba dan berputus asa dari rahmat-Nya.
Bergantunglah kepada-Nya karena Ia satu-satunya tempat bergantung.
Jika saat ini kita sedang mengalami
kesusahan, cobaan hidup atau tengah tertimpa musibah, lantas jangan terlalu gegabah berputus asa.
Bukankah apa yang terjadi hari ini adalah
yang terbaik bagi kita?
Boleh jadi sesuatu yang tidak kita senangi
justru perkara yang terbaik bagi kita, begitu juga sebaliknya apa yang kita
senangi justru perkara yang berbahaya bagi kita. Apa yang terbaik menurut kita
belum tentu terbaik dimata-Nya.
Bumi nyata terus berotasi. Waktu terasa
begitu cepat berlalu. Mari kita daur ulang mimpi-mimpi kita, merombak kembali karena
barangkali selama ini… hidup singkat ini hanya kita gunakan untuk mengejar
dunia, padahal orang-orang yang
cita-citanya hanya tertuju pada kehidupan dunia niscaya Allah akan mencerai beraikan urusannya. (dalam
sebuah hadits riwayat Ibnu Majah). Mari mendeskonstruksi ulang cita-cita
dan menyibukkan diri bersimpuh kepadanya disaat sepasang mata lain sibuk
menenggelamkan diri dalam mimpi yang melenakan. Jangan sampai kehidupan dunia
menyilaukan pandangan kita. Ada satu kehidupan lagi yang tak boleh kita
lupakan. “hidup sesudah mati” yang sebagian orang hampir melupakannya. Kerlap-kerlip
dunia yang begitu memukau, kesenangan yang hanya sesaat ini mari kita gunakan
untuk fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar