Ilmu Campuran Seputar Blog, Pendidikan & Sastra

Rabu, 22 Juni 2016

Berdamai dengan Kenyataan

“Ada seribu kenangan yang boleh saja kau lupakan, tetapi ada satu kenangan yang harus kau ingat, di mana kau pernah bahagia dan ingin hidup selamanya.”

*****

Begitu kau kabarkan tentang keyakinanmu yang rapuh, betapa saat itu aku ingin menjerit saja. Ingin kukatakan tolong jangan pergi dan tetaplah datang menggenapi kebahagiaanku. Betapa ingin kujelaskan kata-kata yang tak sempat terucap, tentang penantian selama satu dasawarsa yang tak kunjung lunas dan sekalipun berujung hanyalah berakhir kegetiran yang teramat sangat. Aku sering mendengar orang berkata bahwa hidup itu penuh kejutan,  namun tanpa kutahu jika kejutan itu tak serta merta sesuatu yang indah atau menggembirakan. Ia bisa saja berupa kesedihan yang teramat sangat untuk menjadikan kita lebih kuat.
Tak ada yang bisa kulakukan selain berdamai dengan kenyataan. Saat aku begitu mencintaimu melebihi diri sendiri, memercayaimu melebihi apapun, tiba-tiba semua harus berujung kesiaan tanpa arti. Jika dahulu seringkali terpikir olehku bahwa tak ada sesuatu yang mustahil untuk ditaklukkan, maka saat itu aku menyerah. Aku tak tahu bagaiamana menaklukkan diri sendiri agar berhenti mencintaimu. Agar segera beranjak dari mimpi buruk dan menemukan cinta kembali tanpa kehilangan jati diri. Belakangan aku sadar, bahwa mencintai dan melupakanmu adalah dua hal yang sama-sama membuatku sinting.
Pada suatu pagi yang entah di hari apa, aku memutuskan untuk melupakanmu serta sisa-sisa kenangan silam yang mengarat. Keyakinanku mulai berkata, aku bisa melakukannya dengan tekad kuat serta semangat baru. Akan kumulai hidup kembali. Aku tak ingin patah hati merajai diri lalu lupa akan jalan panjang yang masih terbentang tuk kulalui. Hari berlalu, musim berganti dan tentu aku masih hidup dengan kenangan yang sepertinya sama sekali tak boleh dilupakan. Tetapi aku terus berusaha dan sadar, jika segera beranjak dan terus melangkah ke depan adalah cara terbaik untuk melanjutkan hidup meski sebenarnya betapa ingin menoleh ke belakang mengenang manisnya cinta di masa silam. Tidak. Aku tak boleh membiarkannya. Aku harus melupakannya dan memulai hidup kembali.


Malang, 09 Juni 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar