Dulu, dulu sekali
Andai kau kerat nafsu birahi
Tak akan mungkin aku jadi begini
Ke kota tak layak
Di kampung ditolak
Muak
Begitulah nasib anakmu
Sekarang kerat erat nafsumu
Agar tak ada lagi setelahku
Bibit pilu mimpi-mimpimu
Salahku, apa?
Mereka, siapa?
Menyematkan serentet gelar beraneka
Dibubuhi sumpah serapah
“Anak tak bertuan”
“Anak Haram”
Dan senarai gelar yang sengaja kualpakan
demi sejuta harapan; masa depan
Lihatlah
Bumi masih saja sanggup kupijak
Namun, berapa lama lagi harus bersimpuh?
Tergugu
Mengadu padu pada sajak yang bisu
Batu, 31 Januari 2016
Baca juga: Begitu Pongahkah Kau, Tuan (Serdadu)?
My poetry
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar