Perempuan Mulia
Saat kutulis sajak ini, jantungku berhenti beriramaPerempuan mulia
bolehkah kusematkan gelar itu sebagai kenang-kenangan?
Agar saat malam sempurna kelam tak ada lagi
secangkir kenangan yang mengerat kemudian mengarat
pada dinding sanubari yang belum usai kuperbaiki
Perempuan mulia
Kau tempatku berlabuh, di sana aku bebas melarungkan secarik luka
juga resah yang kerap menggerus dada
Kau tempatku singgah; memintal harapan yang disematkan pada pagi-pagi yang bersahaja
“Semoga kelak kau anakku menjadi wanita solihah nan jelita
juga pemuas dahaga saat aku menua.” Itu doa yang kau rapal dengan air mata juga harapan mulia yang membumbung tinggi ke semesta.
Aku mencintaimu, perempuan mulia
Batu, 23 Januari 2016
Baca juga: Menganyam Sepi My poetry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar