Mengapa kau begitu pongah?
Padahal dahulu
Kau hanya setetes mani yang hina
Bersajaklah untuk kami, Tuan
Sebab kota kami baru saja dilanda kemiskinan
Juga kelaparan yang mengerikan
Mari saling berbelas kasih
Kota kami sudah digenangi kepiluan
Kesedihan
Juga keresahan yang mengerat
Merajam jiwa-jiwa yang sekarat
Desing peluru yang bertalu-talu
Meliuk-liuk pilu
Bercampur harum mesiu
Merobek-robek jantung kotaku
Serdadu tak punya malu
Bersenandung riuh
Gemuruh
Meneriakkan kemenangan semu
Tunggu saja tangan Tuhan menyentuhmu
Ia takkan diam tergugu
Janji-Nya sudah terpatri; dalam mushaf suci
Harga mati; tak bisa ditawar lagi
Bahwa kebaikan akan berbalas kebaikan
dan kekerdilan mendapat balasan yang setimpal
Coba tengok kitab suci, Tuan
Telah lama ia kau abaikan
Kelak kan kau jumpai kalam illahi
Peredam emosi, penyejuk hati
Penggerak nurani menjadi insan pekerti
Batu, 30 Januari 2016
Baca juga: Perempuan Mulia
My poetry
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar